Powered By Blogger

Jumat, 25 November 2011

Gawat, Badak Jawa Betina Tinggal 4 Ekor

Gawat, ternyata badak jawa betina kini tinggal 4 – 5 ekor saja. Jumlah populasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon diyakini hanya tersisa 35 hingga 45 ekor saja. Dan dari populasi itu badak jawa berjenis kelamin betina hanya tinggal empat atau lima ekor saja.
Prediksi jumlah badak jawa (Rhinoceros sondaicus) bekelamin betina yang hanya tinggal empat hingga lima ekor saja ini dikemukakan oleh Sekjen IUCN Simon N. Stuart, seusai bertemu Wakil Presiden Boediono di kantornya di Jakarta, Rabu (26/10/2011).
Badak jawa memang menjadi mamalia yang paling langka di dunia dan paling terancam kepunahan. Kini, populasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Indonesia, setelah populasi yang berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam yang pada tahun 2000 masih memiliki 8 ekor badak jawa, pada Oktober 2011 kemarin dinyatakan punah oleh WWF (World Wide Foundation).
Badak jawa
Badak Jawa betina tinggal 4 ekor
Menyelamatkan Badak Jawa. Jumlah populasi badak jawa yang hanya tersisa 35 hingga 45 ekor dengan jumlah badak betina yang hanya 4 – 5 ekor saja menjadi ancaman serius bagi kelestarian badak jawa (Javan rhino). Badak bercula satu ini menjadi mamalia yang paling terancam punah.
Apalagi jika mengingat masa kehamilan badak betina yang tergolong lama, 16-19 bulan dengan jumlah bayi hanya satu ekor setiap masa kehamilan. Dan interval antar masa kehamilan badak bercula satu ini mencapai 4-5 tahun. Dengan populasi badak betina yang hanya empat hingga lima ekor dan masa kehamilan yang demikian, tentu menjadi ancaman serius bagi konservasi badak jawa.
Untuk menyelamatkan badak jwa dari kepunahan, pemerintah Indonesia telah merintis penangkaran badak jawa yang terletak di Gunung Honje, Taman nasional Ujung Kulon. International Union for Conservation Nature (IUCN) pun telah menawarkan bantuan sebesar 1,9 juta dolar pertahun untuk pelestarian badak, terutama Badak Jawa kepada Indonesia.
Referensi dan gambar:
  • alamendah.wordpress.com/2009/10/02/badak-jawa-satwa-terlangka-di-dunia/
  • www.antaranews.com/berita/281664/badak-jawa-betina-tinggal-empat-ekor
  • gambar: arkive

Berang-berang Indonesia Bukan Pembuat Bendungan

Berang-berang Indonesia bukan pembuat bendungan, ini yang sering kali belum dimengerti. Setiap kali mendengar istilah berang-berang yang terlintas adalah sesosok makhuk mirip musang yang hidup di air dan suka menyusun ranting-ranting menjadi sebuah bendungan kokoh di sungai.
Padahal dalam bahasa Inggris dikenal dua nama yakni “Otter” dan “Beaver” yang dalam bahasa Indonesia kerap sama-sama diterjemahkan menjadi berang-berang. Otter adalah binatang semi-akuatik anggota famili Mustelidae yang hidup di hampir seluruh dunia kecuali Australia. Jenis inilah yang lebih tepat disebut berang-berang.
Sedangkan Beaver adalah hewan pengerat yang mampu hidup di dua tempat (air dan darat), yang hidup di Amerika dan Eropa. Meskipun kurang tepat, beaver diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi berang-berang juga.
Perbedaan Otter dan Beaver. Antara berang-berang otter dan beaver secara taksonomi memiliki kekerabatan yang sangat jauh. Meskipun sama-sama mamalia (hewan menyusui), namun keduanya telah berbeda di tingkat Ordo. Otter berordo Carnivora (pemakan daging) sedangkan beaver berordo Rodentia (hewan pengerat). Secara perilaku keduanya pun memiliki berbedaan mencolok. Beaver membuat sarang dengan membuat bendungan dari ranting-ranting sedangkan otter bersarang di lubang-lubang di pinggir sungai.
Satu lagi perbedaan antara berang-berang otter dan beaver adalah otter terdapat di Indonesia sedangkan beaver tidak dijumpai di Indonesia. Bahkan Indonesia memiliki hingga empat spesies berang-berang otter.
Ciri-ciri Berang-berang. Secara umum berang-berang mempunyai tubuh mirip musang dengan tungkai yang relatif lebih pendek, dan cakar yang berselaput, ekor panjang berotot. Rambut-rambut di tubuhnya terdiri dari dua lapisan, yakni rambut bagian luar (panjang dan relatif keras, kaku) dan rambut bagian dalam (halus, lunak). Lapisan dalam ini tidak tembus air dan memerangkap udara di dalamnya. Rambut ini berguna untuk menjaga kulit berang-berang agar tetap kering dan hangat meskipun tengah berenang di air yang amat dingin.
Berang-berang hidup di berbagai habitat lahan basah seperti sungai, danau, rawa, sawah, pesisir serta di laut lepas. Makanan utamanya adalah hewan aquatik seperti ikan, namun juga memakan kodok, udang, ketam, kerang, mamalia kecil, hingga burung.
Jenis-jenis Berang-berang Indonesia. Di seluruh dunia terdapat 12 jenis berang-berang yang 4 spesies di antaranya dapat dijumpai di Indonesia. Keempat spesies berang-berang yang hidup di Indonesia itu adalah:
  • Aonyx cinerea atau Berang-berang cakar kecil (Asian Small-clawed Otter).
Berang-berang ini tersebar di Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanma, Nepal, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Berang-berang Asia ini di Indonesia dapat ditemukan di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
Aonyx cinerea atau Berang-berang cakar kecil (Asian Small-clawed Otter)
Aonyx cinerea atau Berang-berang cakar kecil (Asian Small-clawed Otter)
Merupakan berang-berang terkecil dengan ukuran tubuh sekitar 65 – 70 cm dengan berat 5 kg. Hidup secara berkelompok (mencapai 20 ekor perkelompok) dan sering dijumpai hingga di dekat pemukiman manusia. Terdaftar sebagai spesies Vulnerable dalam status konservasi IUCN Redlist dan terdaftar dalam CITES Apendik II.
  • Lutra lutra atau berang-berang utara (Eurasian Otter, Common Otter, European Otter).
Daerah sebaran berang-berang ini sangat luas mulai dari sebagian besar Eropa, Afrika bagian timur laut, dan Asia. Di Indonesia berang-berang Lutra lutraterdapat di pulau Sumatera.
Lutra lutra atau berang-berang utara (Common Otter)
Lutra lutra atau berang-berang utara (Common Otter)
Ukuran tubuhnya sekitar 1 m dengan berat 7 kg. Hidup soliter pada habitat lahan basah yaitu habitat air tawar, payau dan air laut, sungai dataran rendah dan tinggi, danau, rawa, persawahan dan pesisir pantai. Oleh IUCN Redlist diberikan status Near Threatened dan oleh CITES didaftar sebagai Apendiks I di beberapa negara. Termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP Mo. 7 Tahun 1999.
  • Lutra sumatrana atau Berang-berang hidung berbulu (Hairy-nosed Otter).
Berang-berang Lutra sumatranatersebar mulai dari Kamboja, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia dapat ditemukan di Sumatera dan Kalimantan.
Lutra sumatrana atau Berang-berang hidung berbulu (Hairy-nosed Otter)
Lutra sumatrana atau Berang-berang hidung berbulu (Hairy-nosed Otter)
Ciri fisiknya hampir mirip dengan Lutra lutra hanya saja memiliki ciri khas berupa rhinarium (bantalan  hidung) yang ditumbuhi rambut. Terdaftar sebagai spesies Endangered oleh IUCN Redlist dan CITES Apendiks I. Termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP Mo. 7 Tahun 1999.
  • Lutrogale perspicillata atau Berang-berang bulu licin (Smooth-coated Otter, Indian Smooth-coated Otter)
Tersebar di Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, China, India, Indonesia, Irak, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Thailand, dan Vietnam.
Lutrogale perspicillata atau Berang-berang bulu licin (Smooth-coated Otter)
Lutrogale perspicillata atau Berang-berang bulu licin (Smooth-coated Otter)
Ukuran tubuh berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata) mencapai 1,2 meter dengan berat 11 kg. Hidup secara berkelompok yangterdiri atas satu jantan dan betina dengan beberapa anak. Terdaftar sebagai spesies Vulnerable dalam status konservasi IUCN Redlist dan terdaftar dalam CITES Apendik II.
Jangan Biarkan Punah. Penurunan populasi berang-berang secara global diakibatkan oleh berkurangnya habitat seperti alih fungsi dan kerusakan lahan basah seperti rawa, sungai dan danau. Juga lantaran berkurangnya sumber makanan. Terancamnya punahnya populasi berang-berang juga diakibatkan perburuan karena berang-berang acap kali dianggap sebagai hama terutama pada pertanian perikanan.
Sungguh disayangkan jika kemudian hewan semi-akuatik ini menjadi punah. Padahal banyak di antara kita yang belum mengenal berang-berang Indonesia ini. Terbukti, sebagian besar kita pasti menganggap berang-berang adalah arsitektur handal pembuat bendungan dari ranting, padahal salah besar!. Berang-berang yang tinggal di Indonesia ini tidak pernah membuat bendungan.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas; Mamalia; Ordo: Carnivora; Famili: Mustelidae; Genus: Aonyx, Lutra, Lutrogale; Spesies: Aonyx cinerea, Lutra lutra, Lutra sumatrana, Lutrogale perspicillata.
Referensi:
  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/12421/0
  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/12427/0
  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/44166/0
  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/12419/0
  • www.otterspecialistgroup.org
  • gambar: arkive.org

Burung Mabruk Si Dara Mahkota

Burung Mabruk, Burung Dara Mahkota atau Goura merupakan burung anggota famili Columbidae (burung merpati) yang dikelompokkan dalam genus Goura. Burung mabruk atau dara mahkota yang merupakan hewan endemik pulau Papua, Indonesia, terdiri atas tiga jenis yaitu mabruk ubiaat, mabruk victoria, dan mabruk selatan.
Sebagaimana namanya, ketiga jenis burung dara mahkota ini mempunyai ciri khas jambul yang tersusun menyerupai kipas di atas kepalanya. Dari bentuk jambulnya itu pula ketiga jenis mabruk ini dapat dibedakan.
Jenis-jenis Burung Mabruk atau Dara Mahkota. Burung dara mahkota atau mabruk terdiri atas tiga jenis, yaitu:
  • Mabruk Ubiaat (Goura cristata)
Burung Dara Mahkota atau Mabruk Ubiaat dikenal juga sebagai Mambruk Barat, Mambruk Biasa atau Mambruk Mahkota Biru. Dalam bahasa Inggris disebut Blue Crowned-pigeon, Common Crowned Pigeon, Great Goura, Western Crowned-pigeon, Western Crowned Pigeon, atau Western Crowned-Pigeon. Dalam bahasa latin (ilmiah) dinamai Goura cristata. Burung ini hidup di bagian barat pulau Papua dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti pulau Waigeo, Salawati, dan Bantata. Juga mengalami introduksi ke poulau Seram, Maluku.
Burung Mabruk Ubiaat (Gaura cristata)
Burung Mabruk Ubiaat (Gaura cristata)
Burung Mabruk Ubiaat, mempunyai ukuran panjang tubuh sekitar 70 cm. Bulunya berwarna biru keabu-abuan dengan ciri khas mahkota seperti renda di atas kepalanya serta bulu gelap di sekitar matanya. Makanan utama burung ini adalah buah dan biji-bijian.
  • Mabruk Victoria (Goura victoria)
Burung Mabruk Vitoria dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Victoria Crowned-pigeon, Victoria Crowned Pigeon, Victoria Crowned-Pigeon, atau Victoria Goura. Nama latin hewan ini adalah Goura victoria. Burung dara mahkota ini hidup di bagian utara pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
Burung Mabruk Victoria (Goura victoria)
Burung Mabruk Victoria (Goura victoria)
Burung dara mahkota victoria (Goura victoria) berukuran panjang 74 cm. Bulunya berwarna biru keabu-abuan dengan jambul seperti kipas yang ujungnya berwarna putih. Bulu dada merah marun keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Di sekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah.
  • Mabruk Selatan (Goura scheepmakeri)
Mabruk Selatan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Maroon-breasted Crowned-pigeon, Masked Goura, Scheepmaker’s Crowned-pigeon, Southern Crowned-pigeon, Southern Crowned Pigeon, atau Southern Crowned-Pigeon. Nama latin burung ini adalah Goura scheepmakeri. Burung Dara Mahkota ini hidup di pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) bagian selatan dan tenggara.
Burung Mabruk Selatan (Goura scheepmakeri)
Burung Mabruk Selatan (Goura scheepmakeri)
Ukuran tubuh burung Mabruk Selatan mencapai 75 cm. Bulunya berwarna biru keabu-abuan pucat dengan jambul rumit berenda berwarna biru. Iris mata dan bulu dada berwarna merah marum.
Ketiga jenis burung dara mahkota ini dikategorikan sebagai burung berstatus vulnerable oleh IUCN Redlist dan didaftar juga dalam Apendiks II CITES. Pun termasuk binatang yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP No 7 Tahun 1999.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Columbiformes; Famili: Columbidae; Genus: Goura; Spesies: Goura cristata, Goura victoria, dan Goura scheepmakeri.
Referensi dan gambar:
  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/106002754/0
  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/106002755/0
  • www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/106002756/0
  • id.wikipedia.org/wiki/Goura
  • en.wikipedia.org/wiki/Goura_(genus)
  • www.birdlife.org
  • commons.wikimedia.org

Katak Indonesia, Unik dan Langka

Kodok atau Katak di Indonesia mencapai 351 jenis (yang teridentifikasi) dari sekitar 5.915 jenis kodok atau katak yang terdapat di dunia. Jumlah ini berarti sepertiga jenis katak di dunia berada di Indonesia. Bahkan sebagian besar kodok di Indonesia adalah endemik yang tidak dimiliki oleh negara lain. Sayangnya tidak sedikit dari jenis katak tersebut yang terancam punah padahal sampai sekarang belum satupun jenis kodok yang dinyatakan dilindungi oleh pemerintah Indonesia.
Padahal Kodok adalah kelompok binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, seperti polusi air, perusakan hutan, ataupun perubahan iklim. Karena kepekaan mereka, amfibi ini dapat dijadikan indikator perubahan lingkungan. Jika populasi Katak di suatu wilayah berkembang dengan baik dapat dipastikan lingkungan di tempat tersebut masih sehat demikian juga sebaliknya.
Penyebab utama kelangkaan Kodok di Indonesia adalah hilangnya habitat alami kodok, seperti penggundulan hutan hujan tropis, pencemaran air sungai, dan konversi lahan basah menjadi areal perkebunan. Jenis-jenis kodok asli hutan hidupnya sangat bergantung pada keberadaan hutan. Maka, rusaknya hutan akan berdampak negatif pada kelangsungan hidup jenis-jenis itu.
Selain menyumbang sepertiga jumlah spesies katak di dunia, katak Indonesia mempunyai banyak keunikan. Di antaranya warna, ukuran, hingga struktur tubuh. Katak unik dan langka di Indonesia antara lain:
  • Katak terkecil dari Papua, Oreophryne minuta
    Katak terkecil dari Papua, Oreophryne minuta
    Katak terbesar. Limnonectes blythi, besarnya mencapai 30 cm. Kodok ini ditemukan di Sumatera Barat. Dipercaya sebagai Katak terbesar kedua di dunia.
  • Katak terkecilOreophryne minuta, ditemukan di Papua
  • Kodok Merah atau Kodok Darah (Leptophryne cruentata). Kodok berwarna merah itu ditemukan Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan merupakan satu-satunya katak yang berwarna merah di Indonesia. Telah masuk dalam Red List International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status CR (critically endangered) atau “terancam punah”
  • Katak tanpa paru-paru, Barbourula kalimantanensis. Kodok yang tak mempunyai paru-paru ditemukan di Kalimantan pada 1978. Hingga kini, kodok jenis ini hanya terdapat di Kalimantan. Katak yang bernafas menggunakan kulitnya ini hanya ditemukan di Taman Nasional Baka Bukit Raya, Kalimantan Barat.
  • Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni) merupakan spesies endemik yang dulunya hanya tinggal di dataran tinggi kawasan hutan Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Ukuran tubuhnya termasuk kecil dan arboreal atau hidup di lubang-lubang pohon. Satus konservasinya berdasarkan IUCN adalah CR (critically endangered) atau “terancam punah”. Keberadaannya sangat sulit diketemukan. Bahkan satu-satunya sampel yang ada diambil tahun 1930-an dan disimpan di Museum Leiden, Belanda.
  • Kongkang Jeram (Huia masonii), Kodok Pohon Mutiara (Nyctixalus margaritifer), Kodok Pohon Kaki Putik (Philautus pallidipes), dan Kodok Pohon Jawa (Rhacophorus javanus). Keempatnya merupakan katak endemik Jawa yang hanya terdapat di Pulau Jawa. Menurut IUCN keempatnya berstatus “rentan” (VU).
Selain daftar di atas masih terdapat banyak spesies katak lainnya yang yang memiliki keunikan. Bahkan diyakini, di luar 351 jenis Katak yang telah teridentifikasi masih terdapat ratusan jenis lainnya yang belum dikenal.
Sayang data tentang kodok di Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya data ini terkait dengan minimnya ahli di bidang ini. Bisa saja terjadi akan banyak spesies Katak yang punah lebih dahulu sebelum sempat dikenali. Maklum langkanya Katak di Indonesia berbanding dengan para peneliti dan ahli di bidang ini. Bahkan uniknya, mungkin saja, para ahli Katak ini lebih langka dari pada Katak itu sendiri (?).
Referensi: republika; Koran Tempo (2 Maret 2009); cetak.kompas.com (17 Desember 2008). Gambar: trubus;

Kanguru Indonesia Di Papua

Kanguru ternyata tidak hanya terdapat di Autralia saja. Ternyata di Indonesia, tepatnya di Papua, juga memiliki Kangguru, spisies yang mempunyai ciri khas kantung di perutnya (Marsupialia). Kanguru Papua ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan Kanguru Australia. Sayang Kanguru yang terdiri atas Kanguru tanah dan Kanguru pohon ini mulai langka sehingga termasuk binatang (satwa) Indonesia yang dilindungi dari kepunahan.
Kangguru Papua terdiri atas dua genus yaitu dendrolagus (Kanguru Pohon) dan thylogale (Kanguru Tanah). Kanguru pohon sebagian besar masa hidupnya ada di pohon. Sekalipun begitu satwa tersebut juga sering turun ke tanah, misalnya bila sedang mencari air minum. Moncong kanguru pohon bentuknya lebih runcing jika dibandingkan dengan moncong kanguru darat. Ekornya agak panjang dan bulat, berbulu lebat dari pangkal sampai ekornya. Sedangkan pada kanguru darat kedua kaki depannya lebih pendek dari pada kaki belakangnya, Cakarnya pun lebih kecil. Moncongnya agak tumpul dan tidak berbulu. Ekornya makin meruncing ke ujung, bulunya tidak begitu lebat.
Kangguru Tanah (lau-lau atau paunaro):
Thylogale bruniiThylogale brunii (Dusky Pademelon) merupakan jenis kangguru terkecil yang ada di dunia. Beratnya antara 3-6 kilogram, tetapi ada juga yang 10 kilogram. Panjang tubuhnya sekitar 90 sentimeter dengan lebar sekitar 50 sentimeter. Satwa langka yang dilindungi ini adalah hewan endemik Papua, dan hanya terdapat di Papua di kawasan dataran rendah di hutan-hutan di wilayah Selatan Papua, dan Papua Niugini. Di Indonesia Thylogale brunii terdapat antara lain di Taman Nasional Wasur (Kabupaten
Thylogale stigmata,
Merauke) dan Taman Nasional Gunung Lorentz (Mimika).
Thylogale stigmata (red-legged pademelon) merupakan jenis yang hidup di daerah pantai selatan Papua. Thylogale stigmata mempunyai warna kulit tubuh lebih cerah yaitu kuning kecokelatan.
Thylogale browniThylogale brownii (Brown’s pademelon). Selain di Papua, binatang ini juga terdapat di Papua New Guinea.
Kangguru pohon (lau-lau):
Dendrolagus pulcherrimus (Kanguru Pohon Mantel Emas) merupakan sejenis kanguru pohon yang hanya ditemukan di hutan pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat dengan dua garis keemasan Dendrolagus pulcherrimusdipunggungnya. Ekor panjang dan tidak prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang.
Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru pohon Hias. Perbedaannya adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih terang atau merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari Kanguru-pohon Hias. Beberapa ahli menempatkan Kanguru-pohon Mantel-emas sebagai subspesies dari Kanguru-pohon Hias.
Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon yang paling terancam kepunahan diantara semua kanguru pohon. Spesies ini telah punah di sebagian besar daerah habitat aslinya
Dendrolagus goodfellowi (disebut Kanguru Pohon Goodfellow atau kanguru pohon hias atau Goodfellow’s Tree-kangaroo) merupakan jenis kanguru pohon yang paling sering ditemui. Kulit tubuhnya berwarna
Dendrolagus mbaiso
cokelat sawo matang dan banyak terdapat di hutan hujan di pulau Papua
Dendrolagus mbaiso (disebut sebagai Kanguru Pohon Mbaiso atau Dingiso) kanguru ini ditemukan di hutan montane yang tinggi dan subalpine semak belukar di Puncak Sudirman. Kanguru pohon ini mempunyai bulu hitam dengan kombinasi putih di bagian dadanya.
Dengrolagus dorianus atau disebut sebagai Kangguru Pohon Ndomea atau Doria’s Tree-kangaroo.
Dendrolagus ursinus (disebut Vogelkop Tree-kangaroo atau Kanguru Pohon Nemena) merupakan kanguru pohon yang paling awal terklasifikasikan. Mempunyai telinga panjang dan ekor panjang dan hitam.
Dendrolagus dorianus, Dendrolagus ursinus, Dendrolagus inustus
Dendrolagus inustus disebut juga sebagai Kanguru Pohon Wakera atau Grizzled Tree-kangaroo.
Dendrolagus stellarum disebut juga sebagai Seri’s Tree-kangaroo. Kanguru pohon ini terdapat di Tembagapura.
Klasifikasi: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Infrakelas: Marsupialia; Ordo: Diprotodontia; Famili: Macropodidae Genus: Dendrolagus dan Thylogale

 sumber : http://alamendah.wordpress.com/2009/08/03/kanguru-indonesia-di-papua/

Menonton kepunahan Hiu Tutul

naik hiu tutul Saya sebenarnya pengen membuat postingan tentang hutan bakau. Namun saat baru mengetikkan beberapa kata, dari televisi yag ditonton oleh ayahku terdengar sebuah berita tentang Hiu Tutul yang terperangkap oleh jaring nelayan.
Penasaran, saya kemudian keluyuran sebentar bersama pakde Google. Baru mengetikkan dua kata “Hiu Tutul” sederetan informasi yang rata-rata berkaitan dengan penangkapan dan terdamparnya hiu tutul memenuhi halaman browser saya. Maka dengan segera, sederetan kata tentang hutan mangrove yang baru saya tulis, mantap saya delete.

Kemarin, 25 Mei 2009, Seekor hiu tutul terperangkap jala nelayan di Pantai Tondo, Palu, Sulawesi Tenggara. Panjang hiu tutul tersebut diperkirakan mencapai lima meter dan lebar sekitar satu meter. Juga pada 3 Maret silam seekor, seekor ikan hiu tutul berukuran panjang sekitar 6 meter di temukan oleh tiga orang nelayan asal Dukuh Mpu Rancak, Desa Karanggondang, Bangsri, Jepara. Ikan ini akhirnya menjadi tontonan bagi masyarakat saat diikat di kolam penampungan perahu nelayan. Untuk melihat ikan raksasa tersebut, dibuka kotak amal.
Hal sama terjadi berulang kali di Kenjeran Surabaya yakni pada September 2004 dan pada Oktober 2008 dan di berbagai tempat lain. Khusus di daerah Surabaya, Hiu Tutul ini muncul hampir tiap tahun. Sebagian memang ada yang dilepaskan kembali ke laut lepas, namun tidak sedikit hiu tutul tersebut harus menemui ajal setelah menjadi tontonan warga sekitar pantai.
Rhincodon-typus-2 hiu-tutul
Hiu Tutul atau Whale Shark (Rhincodon typus) merupakan salah satu ikan terbesar di dunia dengan panjang maksimal (yang pernah tercatat) 13 meter. Tidak seperti kebanyakan ikan hiu yang merupakan pemakan daging, Hiu Tutul menyantap plankton, krill, ikan-ikan kecil, cumi-cumi, dan juga telur ikan sebagai menu utamanya. Ikan ini akan “menyaring” binatang-binatang kecil itu dengan cara melahap air laut. Makanan akan diendapkan di mulutnya, dan air akan dikeluarkan lagi lewat lubang-lubang vertikal di samping kepalanya yang disebut gill. Karenanya Hiu ini termasuk ikan yang tidak berbahaya, bahkan orang bisa ikut berenang atau bahkan naik ke punggung ikan ini layaknya seorang peselancar.
Sayangnya, kemunculan ikan raksasa ini selalu dimanfaatkan oleh warga untuk mendapatkan keuntungan sekalipun dengan mengorbankan ikan tersebut. Setelah dapat ditarik ke tepi pantai Hiu ini dijadikan barang tontonan bahkan dengan mengenakan tiket walaupun ataupun sekedar kotak amal dengan dalih untuk pembangunan kampung, musala dan fasilitas umum lainnya. Ketika ikan ini telah meninggal, siripnya dijual dengan harga jutaan rupiah. Memang kita sangat kreatif jika berhubungan dengan fulus.
Yang bikin saya heran, ternyata tidak sedikit orang yang tidak mengetahui status konservasi ikan ini. Badan sekaliber Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian dan Kehutanan (DPKPPK) Kota Surabaya saja pada akhir 2007, ikut gamang apakah hewan ini termasuk satwa yang dilindungi atau bukan. Apalagi saya (bukannya sok menang sendiri) yang hanya berbekal googling!.
Terlepas dari dilindungai atau tidak, mengeksploitasi hiu tutul sebagai objek tontonan dan berfoto bareng sambil menunggu kematian menjemputnya untuk kemudian menjual sirip dan dagingnya, sekalipun dengan dalih kepentingan bersama, apakah bisa dikatakan tindakan bijak?
UPDATE:
Hiu Tutul memang bukan termasuk salah satu hewan yang dilindungi sebagaimana terdaftar di PP No. 7 Tahun 1999.
Foto-foto ini saya dapatkan dari http://images.kompas.com/; http://rick76.multiply.com/photos/album/23/; pemuatan gambar hanya sebagai ilustrasi, jika foto-foto tersebut berhak cipta, mohan diikhlaskan.

25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia

25 Primata Dunia Paling Terancam Punah (The World’s 25 Most Endangered Primates) adalah daftar 25 spesies primata yang dipilih dan diterbitkan oleh IUCN Species Survival Commission bekerja sama dengan International Primatological Society (IPS), dan Conservation International (CI).
Sejak tahun 2000, ketiga organisasi ini mengkaji, memilih, dan menerbitkan daftar 25 spesies primata yang paling terancam punah dari seluruh dunia. Daftar 25 spesies primata paling terancam kepunahan ini diperbarui setiap dua tahun sekali.
Indonesia Rangking Ketiga. Dalam daftar 25 primta paling terancam punah di dunia (The World’s 25 Most Endangered Primates) terbaru, edisi 2008-2010 telah ditetapkan 25 spesies primata yang paling terancam punah yang berasal dari 17 negara.
Orangutan Sumatera selalu masuk dalam 25 Primata Dunia Paling Terancam Punah
Indonesia menduduki peringkat ketiga jumlah spesies terbanyak dalam daftar 25 spesies primata paling terancam punah edisi 2008-2010 dengan 4 spesies primata. Rangking pertama dan kedua diduduki oleh Madagaskar dan Vietnam dengan jumlah spesies yang sama, lima primata.
Empat primata asal Indonesia yang mendapat ‘kehormatan’ masuk list The World’s 25 Most Endangered Primates adalah Orangutan sumatera, tarsius siau, kukang jawa, dan simakubo (monyet ekor babi) asal kepulauan Mentawai.
Daftar 25 Primata paling terancam punah di dunia. Daftar ini terbagi dalam empat kelompok wilayah yaitu Madagaskar, Asia, Afrika, dan Neotropics (Amerika tengah dan Amerika Selatan). Berikut adalah daftar 25 Primata paling terancam punah di dunia (The World’s 25 Most Endangered Primates) selengkapnya.
Primata paling terancam punah dari wilayah Madagaskar:
  • Greater Bamboo Lemur (Prolemur simus). Primata telah masuk dalam daftar spesies primata paling terancam punah 4 kali berturut-turut sejak 2002. Populasinya diperkirakan hanya antara 100-160 ekor.
  • Gray-headed Lemur (Eulemur cinereiceps). Masuk daftar spesies primata paling terancam punah 3 kali berturut-turut sejak 2004. Populasinya diperkirakan hanya antara 2.268-7.265 ekor.
  • Sclater’s Lemur (Eulemur flavifrons). Jumlah spesies antara 450–2.300 ekor dan baru masuk dalam daftar edisi 2008.
  • Northern Sportive Lemur (Lepilemur septentrionalis). Jumlah spesies kurang dari 100 ekor dan baru masuk dalam daftar edisi 2008.
  • Silky Sifaka (Propithecus candidus). Spesies dengan populasi antara 100-1.000 ini masuk daftar 25 Primata paling terancam punah di dunia 5 kali berturut-turut sejak edisi tahun 2000-2008.
Primata paling terancam punah dari wilayah Afrika:
  • Rondo Dwarf Galago (Galagoides rondoensis). Terdapat di Tanzania. Populasinya tidak diketahui. Masuk dalam daftar pada edisi 2006 dan 2008.
  • Roloway Monkey (Cercopithecus diana). Terdapat di Ghana. Jumlah populasinya tidak diketahui. Masuk dalam daftar pada edisi 2002, 2006, dan 2008.
  • Tana River Red Colobus (Procolobus rufomitratus). Terdapat di Kenya. Jumlah populasinya kurang dari 1.000 ekor. Masuk dalam daftar pada edisi 2002, 2004, 2006, dan 2008.
  • Niger Delta Red Colobus (Procolobus epieni). Primata dari Nigeria. Jumlah populasinya tidak diketahui. Masuk dalam daftar pada edisi 2008.
  • Kipunji (Rungwecebus kipunji). Terdapat di Tanzania. Populasinya sekitar 1.117 ekor. Masuk dalam daftar pada edisi 2006 dan 2008.
  • Cross River Gorilla (Gorilla gorilla diehli). Primata asal kamerun dan Nigeria dengan populasi antara 200 hingga 300 ekor. Masuk dalam daftar 5 kali berturut-turut sejak 2000 hingga 2008.
Primata paling terancam punah dari wilayah Asia:
  • Orangutan Sumatera atau Sumatran Orangutan (Pongo abelii). Orangutan ini endemik Sumatera, Indonesia. Populasinya diperkirakan 6.600. masuk dalam daftar 5 kali berturut-turut sejak 2000 hingga 2008.
  • Tarsius Siau (tarsius tumpara) masuk The World's 25 Most Endangered Primates dua edisi terakhirTarsius Siau atau Siau Island Tarsier (Tarsius tumpara). Primata berasal dari Pulau Siau, Sulawesi, Indonesia. Jumlahnya kurang dari 1.000 ekor. Masuk dalam daftar pada edisi 2006 dan 2008.
  • Kukang Jawa atau Javan Slow Loris (Nycticebus javanicus). Primata asal Jawa, Indonesia. Populasi tidak diketahui dan masuk daftar pada edisi 2008.
  • Simakubo atau Monyet ekor babi atau Pig-tailed Langur (Simias concolor). Primata endemik Kepulauan Mentawai, Indonesia. Populasinya sekitar 3.347 dan masuk dalam daftar 4 kali berturut-turut sejak 2002 hingga 2008.
  • Delacour’s Langur (Trachypithecus delacouri). Primata asal Vietnam dengan populasi yang hanya 200 ekor. Masuk daftar 5 kali berturut-turut sejak 2000.
  • Golden-headed Langur (Trachypithecus poliocephalus poliocephalus). Subspesies ini masuk daftar 5 kali berturut-turut sejak 2000. Populasi antara 60-70 ekor saja.
  • Monyet ekor babi, 4 kali berturut-turut masuk dalam daftar 25 primata dunia paling terancam punah
    Western Purple-faced Langur (Trachypithecus vetulus nestor). Subspesies yang terdapat di Srilanka ini tidak diketahui populasinya dan telah masuk daftar pada edisi 2004, 2006, dan 2008.
  • Grey-shanked Douc (Pygathrix cinerea). Primata asal Vietnam ini mempunyai populasi antara 600-700 ekor dan telah masuk daftar 25 primata paling terancam 5 kali berturut-turut sejak 2000.
  • Tonkin Snub-nosed Monkey (Rhinopithecus avunculus). Vietnam. Populasinya sekitar 200 ekor dan masuk daftar 5 kali berturut-turut sejak 2000.
  • Eastern Black Crested Gibbon (Nomascus nasutus). Primata dari China dan Vietnam dengan populasi sekitar 110 ekor. Masuk daftar pada 2008.
  • Western Hoolock Gibbon (Hoolock hoolock). Primata ini terdapat di Bangladesh, India, dan Myanmar. Populasinya sekitar 5000 ekor. Dimasukkan dalam daftar pada edisi 2006 dan 2008.
Primata paling terancam punah dari wilayah Neotropics:
  • Cotton-top Tamarin (Saguinus oedipus). Primata dari Kolombia dengan jumlah spesies sekitar 6.000. Masuk daftar edisi 2008.
  • Variegated Spider Monkey (Ateles hybridus). Primata asli Kolombia dan Venezuela. Populasinya tidak diketahui dan masuk daftar pada edisi 2004, 2006, dan 2008.
  • Yellow-tailed Woolly Monkey (Oreonax flavicauda). Primata dari Peru ini tidak diketahui populasinya. Masuk daftar pada 2000, 2006, dan 2008.
Jika dalam daftar 25 spesies primata paling terancam punah edisi 2008-2010 ini Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan menyumbang 4 spesies primata, bagaimana pada daftar 25 primata edisi-edisi selanjutnya?
Referensi:
  • www.iucn.org/about/work/programmes/species/about_ssc
  • www.primate-sg.org/T25full07.htm
  • www.iucn.org/?4753/Worlds-most-endangered-primates-revealed
  • news.nationalgeographic.com (gambar)